Ini sekedar catatan di luar masalah pergerakan lempeng. Indonesia pernah menjadi pengekspor gas LNG terbesar pada 2005, tapi kemudian masuk dalam urutan ketiga terbesar setelah Malaysia, dengan Qatar dalam ranking pertama (sumber: spc). Masyarakat awam mungkin mengira bahwa hasil gas alam/bumi Indonesia besar sekali, namun realitanya tidak demikian. Para pakar, pada 2012 kemarin, mengkritik pemerintah tentang pasokan gas bumi dalam negeri yang defisit. Sebelumnya, pada 2010, ZetaTalk menyatakan, dalam penjelasan mereka tentang dampak Tahap 7 pada jalur-jalur pipa gas dan minyak Indonesia, bahwa hasil gas alam Indonesia hanya mencukupi kebutuhan nasional. Berikut kritikan pakar kita tentang realita hasil gas alam Indonesia.
Gas Bumi Dalam Negeri Defisit Tapi Ekspor Meningkat (eksekutif): Indonesia negara yang sangat kaya akan sumber daya alam, tak ada yang menyangkal itu. Cadangan minyak, gas bumi, dan sumber energi lainnya semuanya melimpah. Jadi amat ironis jika negeri yang kaya raya akan sumber energi ini justru kekurangan energi. Hal ini kentara dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2010 yang menunjukkan adanya defisit gas sekitar 95 MMscfd (Million Metric Standard Cubic Feet per Day). Apa pasal? Ternyata, defisit itu terjadi karena kontrak lebih besar dari pada pasokan. Kontrak mencapai 3.215 MMscfd tetapi pasokannya hanya 3.119 MMscfd. Defisit ini terjadi, antara lain, karena gas tersebut banyak diekspor ke luar negeri seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.
Gas Kita untuk Siapa? 8 Okt. 2012 (tambangnews)--Kemana larinya gas yang disedot dari bumi kita? Idealnya, hasil olahan gas menjadi bahan bakar gas digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan selebihnya baru diekspor. Tanpa perlu diperdebatkan lagi, pola ideal itu sudah diperkuat oleh payung hukum yang kuat. Pasal 8 Undang-undang nomor 22/2001 tentang Migas mengamanatkan pemerintah untuk memberikan prioritas terhadap pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri. Bahkan, kalangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah meminta pemerintah untuk lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan gas dalam negeri daripada melakukan ekspor ke sejumlah negara. Tuntutan itu tak lepas dari pemahaman akan tingginya kebutuhan gas dalam negeri. Sementara, ketersediaan bahan bakar tersebut tidak mencukupi. Menurut data dari Kementerian ESDM, kebutuhan gas dalam negeri saat ini mencapai sekitar 7.803 mmscfd. Namun, baru terpenuhi sekitar 7.500 mmscfd. Tentu saja, kekurangan sebanyak 300 mmscfd tersebut ditutupi dengan melakukan impor gas dari luar negeri. Faktanya, dalam periode 2004–2011, Indonesia mengekspor sebagian besar Liquid Natural Gas (LNG). Data dari Kementerian ESDM menunjukan, persentase ekspor gas ke luar negeri adalah 53 persen. Hanya sekitar 41,2 persen yang digunakan untuk keperluan domestik, dan 5,8 persen lainnya terbuang. Alokasi untuk domestik inipun masih harus dikurangi dengan konsumsi pemakaian sebesar 6,5 persen. Artinya, total yang dimanfaatkan oleh masyarakat hanyalah 34,7 persen.
Penjelasan ZetaTalk Chat Q&A for November 13, 2010 (terjemahan bebas):
Selama pergerakan lempeng atau tanah bagaimanapun, lonjakan-lonjakan gempa berapapun kuatnya, jalur-jalur pipa dan kilang-kilang gas dan minyak milik manusia rentan mengalami kebocoran dan peledakan. Ini sudah jelas. Jalur-jalur pipa di seluruh Indonesia, pada utamanya, menyuplai kota-kota utama - Singapura, Bangkok, dan Jakarta. Indonesia tidak dianggap sebagai negara penghasil minyak yang besar, yang mana di wilayahnya juga tidak ditemukan adanya sumber-sumber minyak bumi yang besar. Pada utamanya, negara ini menghasilkan gas alam yang diperlukannya dan merupakan pemain minor dalam bisnis ekspor gas alam.
Maka, selama pergerakan lempeng Tahap 7, yang akan mengambleskan Indonesia hingga 80 feet (sekitar 24 meter) lebih rendah dari sekarang, ledakan-ledakan dari jalur-jalur pipa gas akan menjadi satu-satunya kekhawatiran pada jalur-jalur pipa. Jalur-jalur pipa dapat merasakan penganjlokan dalam tekanannya sehingga menutup rapat-rapat katup-katupnya. Maka, selama gempa-gempa yang akan mengiringi amblesnya lidah yang menahan Indonesia (Lempeng Sunda--pen.), hal ini akan terjadi selama ada kebocoran jalur-jalur pipa. (Sementara) Kilang-kilang yang memompa gas dari bawah laut akan ditarik turun ke bawah gelombang-gelombang laut, sehingga pemompaan terhenti.
credit: siew.sg
Jalur-Jalur Pipa Gas dan Minyak Asia Tenggara
credit: theodora
Kode warna: hijau=minyak, merah=gas, biru=produk (gasolene, propane and ethylene)