Di bawah ini adalah tiga cuplikan artikel (dalam terjemahan bebas bahasa Indonesia) tentang telah ditemukannya Planet X secara resmi.
- Aartikel tahun 2005 dari situs NASA yang mengumumkan tentang diketemukannya Planet Ke-10, 10th Planet Discovered.
- Artikel berita CNN yang mengonfirmasi temuan tersebut, yang juga menyatakan bahwa planet tersebut dapat menjelaskan tentang bombardir meteor serta kepunahan massal di bumi di jaman dahulu;
- Cuplikan dari tulisan mantan editor science CNN, Marshall Masters, bersama para editor CNN lainnya, yang berjudul Planet X on near collision course with Earth in 2012?. Artikel yang mengindikasikan kekokohan pendapat para editornya ini, selain mengungkapkan fakta telah diketemukannya Planet X, juga mengungkapkan prilaku para penyangkal Planet X serta tiga bukti kuat dalam melawan para penyangkal itu.
ARTIKEL 1: Pernyataan NASA
-----------------------------------------------------------------------------
10th Planet Discovered (29 Juli 2005)
(terjemahan bebas) "Para astronomer telah menemukan sebuah planet baru di bagian luar terjauh tata surya kita. 29 Juli 2005: "Planet tersebut pastinya lebih besar dari pada Pluto," Demikian kata Dr. Mike Brown dari California Institute of Technology yang hari ini mengumumkan penemuan atas sebuah planet baru di bagian luar tata surya kita. Planet itu, yang belum diberi nama resmi, ditemukan oleh Brown dan para koleganya dengan menggunakan Samuel Oschin Telescope di Palomar Observatory dekat San Diego. Jaraknya saat ini sekitar 97 kali lebih jauh dari mathari dari pada bumi, atau 97 Astronomical Units (AU). Sebagai perbandingan, Pluto berjarak 40 AU dari matahari. ....Para astronomer rumahan dapat melihat planet baru itu. Namun jangan harap akan terkesan: penampakannya seperti secercah cahaya suram, dengan kekuatan visual 19, yang bergerak sangat lambat dengan latari langit berbintang." science nasa gov
ARTIKEL 2: Berita CNN
-----------------------------------------------------------------------------
Ilmuwan, teleskop memburu obyek masif tersembunyi di ruang angkasa (15 Februari 2011)(Terjemahan bebas) "Beberapa ilmuwan mengira bahwa brown dwarf atau raksasa gas yang lebih besar dari pada planet Yupiter kemungkinan berada di jangkauan terluar tata surya kita. Dalam gambar itu yang menunjukkan ukuran relatifnya, obyek warna putih di tepian kiri atas mewakili matahari."
Anda tahu bagaimana terkadang Anda dapat merasakan sesuatu yang ada meski tak bisa melihatnya, bukan? Nah, para astronomer tengah merasakan hal itu tentang sebuah obyek raksasa yang tersembunyi di ruang angkasa. Kalau kami katakan raksasa, itu memang raksasa.
Bukti-buktinya menggunung bahwa baik bintang brown dwarf maupun planet raksasa gas tengah mengintai di jangkauan terluar tata surya kita, jauh di luar planet Pluto. Obyek teoritis tersebut, yang disebut Tyche, diperkirakan berukuran empat kalinya Yupiter dan 15.000 kali lebih jauh dari matahari ketimbang bumi, menurut sebuah cerita di surat kabar Inggris The Independent. Ahli astrofisika John Matese dan Daniel Whitmire dari University of Louisiana di Lafayette meyakini data dari teleskop infra merah ruang angkasa WISE milik NASA akan mengonfirmasi keberadaan serta lokasi Tyche dalam dua tahun. Keberadaan obyek masif semacam itu di Oort Cloud yang sangat jauh dari tata surya kita dapat menjelaskan rentetan komet dari arah yang tak terduga, menurut sebuah artikel bulan Desember di Space.com.Orbitnya yang 27 juta tahun juga dapat menjelaskan pola kepunahan masal di bumi, menurut para ilmuwan." news blog CNN
ARTIKEL 3: tulisan mantan editor CNN
-----------------------------------------------------------------------------
Planet X on near collision course with Earth in 2012?Ketika membahas Planet X, tak pelak orang akan disambut kata-kata khas para penolaknya, "Hmh, jika Planet X memang benar-benar ada, pemerintah kita pasti sudah memberi tahu." Para pemerintah itu sudah memberi tahu, demikian pula kami yang aktif meneliti topik ini yang mengabaikan semburan para penolak itu karena kami tahu bahwa mereka tahu. Namun, bagi Anda yang masih baru dalam topik ini, atau berupaya membahasnya dengan orang lain, berikut ada tiga fakta yang tak bisa disangkal yang bisa Anda lemparkan ke para berandalan penolak yang cepat sekali bereaksi. Kebetulan, salah satunya adalah bukti kuat yang membeberkan.
#1 — NASA and Are We Alone in the Universe? Dalam video tahun 1992, Zecharia Sitchin pertama-tama menawarkan cuplikan yang membukakan mata dari press release NASA pada 1992. Video Are We Alone in the Universe? aslinya dirilis pada 1992 dan tak bagus dibuat ulang pada 2003. Begitu Anda menyetelnya, Anda akan tahu itu karya asli oleh karena performansi kaku khas Sitchin. Meskipun demikian, video tersebut merupakan harta karun para peneliti Planet X (Nibiru). Di penghujung program tersebut, muncul tulisan CGI berikut ini, seolah-olah tulisan itu merupakan temuan di saat-saat terakhir, yang disisipkan selama pengeditan terakhir.
NASA Press Release 1992
(Terjemahan bebas) “Penyimpangan-penyimpangan yang tak dapat dijelaskan pada orbit-orbit planet Uranus dan Neptunus menunjuk pada sebuah benda ruang angkasa yang besar di tata surya luar kita yang massanya 4 hingga 8 kalinya bumi, dengan orbit yang sangat miring, jauh di luar 7 milyar mil dari matahari."
Sitchin teramat sangat akurat dalam hal-hal semacam itu dan kutipan dari NASA tersebut bagaikan bom yang dijatuhkan. Walaupun demikian, kami tetap menyelidikinya dengan teliti agar kami dapat menggunakan kutipan tersebut dalam Planet X Forecast and 2012 Survival Guide. Untuk melakukannya, kami mulai dengan artikel interview 2003 oleh Steve Russel di situs kami. Dalam interview tersebut, Sitchin menyatakan:
YOWUSA.COM, 01-June-02Will Planet X / Nibiru Return in 2003? (Terjemahan bebas) “Sekitar sepuluh tahun yang lalu Pemerintah AS sendiri, melalui Naval Observatory, memimpin pencarian terhadap “Planet X” dan pemimpin timnya, Dr. Harrington, menyetujui bukti saya dari jaman kuno. Saat itu bahkan New York Times menulis bahwa seluruh sisa-sisa mengenai keberadaan planet paska-Pluto tersebut adalah dengan memberinya nama. Saya tak merasa ragu bahwa pada saat yang tepat--tepat di depan mata siapapun yang membuat keputusan tentang masalah-masalah ini--keberadaan planet Nibiru akan diumumkan secara resmi." —Zecharia SitchinKetika membahas Planet X dengan para penolaknya, antisipasi saja akan ada semburan tentang Eris. "Hmh, mereka menganggapnya bodoh sehingga menamainya Eris, Planet Ke-Sepuluh." Ahh… sepertinya ada persepsi salah yang abadi bahwa batu ruang angkasa tanpa kehidupan ini adalah Planet X/Nibiru yang telah lama kami cari-cari sejak penemuan planet Uranus."
Salah. Eris sedikit lebih besar dari pada Pluto dan sedikit lebih besar 60% dari ukuran bulan kita sendiri. Itu berarti benda ruang angkasa itu sama sekali tak memiliki massa yang mendekati Planet X. Ergo, planet tersebut ditunjuk sebagai sebuah planet dwarf yang mengorbit bersama Pluto. Namun, demi keobyektifan masalah ini, planet tersebut memang mendapat sambutan riuh. Planet tersebut mulanya dinamai Xena untuk menghormati seorang gadis mega-seksi di film TV. Nama yang keren, tapi lalu ada omong kosong pemberian nama kembali sebagai Eris. Ada apa, sih, sebenarnya: Balas dendam para penggila astronomi yang punya masalah dalam pergaulan bagian dua?
Kembali ke Sitchin… Dalam interview oleh Steve Russell, Sitchin merujuk ke surat kabar The New York Times. Karena ia tinggal di New York, Sitchin terus mengikuti berita-berita itu dengan penuh minat, demikian pula orang-orang lain. Salah satunya yang khusus adalah John DiNardo. Beberapa hari yang lalu, ia mengirimi saya email dua gambar JPEG dari sebuah artikel tahun 1983 yang muncul di New York Times, yang ternyata merupakan kebetulan yang indah.
#2 — IRAS, Planet X dan New York Times
26 Januari 1983. NASA meluncurkan Infrared Astronomical Satellite (IRAS) pada 26 Januari 1983. Para peneliti Planet X independet telah lama menduga bahwa satelit IRAS menangkap image Planet X selama survenya di langit. Dengan pemikiran itu, silahkan nikmati artikel New York Times berikut ini yang diterbitkan 4 hari setelah peluncuran IRAS.
The New York Times, Minggu, 30 Jan. 1983
Clues Get Warm in the Search for Planet X
John Noble Wilford
(Terjemahan bebas) Sesuatu di luar sana jauh di bagian terluar tata surya yang kita kenal sepertinya ada yang menarik-narik planet Uranus dan Neptunus. Suatu gaya gravitasi terus-menerus mengganggu dua planet raksasa ini, menyebabkan ketidaktentuan dalam orbit-orbit mereka. Gaya gravitasi tersebut menunjukkan adanya sebuah benda ruang angkasa yang besar jauh sekali dan tak terlihat, yang bisa jadi adalah Planet X yang telah lama dicari-cari.
Bukti-bukti yang dikumpulkan selama bertahun-tahun ini telah membuat beberapa grup astronomer memperbarui pencarian mereka terhadap Planet X. Mereka mendedikasikan lebih banyak waktu untuk mengamati secara visual dengan teleskop 200 inci di Gn. Palomar di Kalifornia. Mereka menelusuri jejak dua pesawat ruang angkasa Pioneer, yang kini mendekati orbit Pluto, untuk melihat jika variasi-variasi pada trayek orbit mereka memberi tanda-tanda atas sumber dari kekuatan misterius tersebut. Dan mereka berharap bahwa teleskop satelit yang diluncurkan minggu lalu akan mendeteksi panas“signatures” dari planet itu, atau apapun yang ada di luar sana.
Satelit The Infrared Astronomical Satellite (IRAS) diluncurkan ke orbit kutub setinggi 560 mil pada Selasa malam dari Pangkalan Udara Vandenberg, Kalifornia. Peluncuran itu mewakili kerja sama $80 juta antara Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda. Dalam waktu enam hingga tujuh bulan ke depan, teleskop tersebut diharapkan akan melakuan survey luas pada hampir seluruh langit, mendeteksi sumber-sumber sinar yang tak biasa, namun dari pancaran sinar infra merah, yang tak tampak dengan mata telanjang dan kebanyakan diserap oleh atmosfer. Para ilmuwan berharap teleskop baru itu akan memetakan ribuan benda ruang angkasa yang memancarkan sinar infra merah yang telah terlewat tak terdeteksi--bintang, awan interstellar, asteroid dan, kalau beruntung, obyek yang menarik-narik planet Uranus dan planet Neptunus.
Terakhir kali pencarian di langit yang serius dilakukan, hal itu membawa pada penemuan Planet Pluto pada 1930. Namun ceritanya dimulai lebih dari seabad sebelumnya, setelah diketemukannya planet Uranus pada 1781 oleh seorang astronomer sekaligus musisi Inggris William Herschel. Hingga saat itu, sistem perbintangan sepertinya berhenti di Saturnus.
Kala para astronomer mengamati Uranus, memperhatikan adanya ketidaktentuan dalam jalur orbitnya, banyak yang berspekulasi bahwa mereka tengah menyaksikan tarikan gravitasi dari planet yang tak dikenal. Maka dimulailah pencarian planet tersebut yang pertama kali berdasarkan prediksi-prediksi para astronomer, yang berakhir pada tahun 180an dengan ditemukannya planet Neptunus hampir secara bersamaan oleh para astronomer Inggris, Perancis, dan Jerman.
Namun planet Neptunus tak cukup masif untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas prilaku orbit Uranus. Sungguh, Neptunus sendiri sepertinya dipengaruhi oleh planet yang masih lebih jauh lagi. Di akhir abad ke-19, dua astronomer Amerika, William H. Pickering dan Percival Lowell, memprediksi ukuran serta lokasi kira-kira benda ruang angkasa trans-Neptunus, yang Lowell sebut Planet X.
Bertahun-tahun kemudian, Pluto terdeteksi oleh Clyde W. Tombaugh yang sedang bekerja di Lowell Observatory di Arizona. Namun beberapa astronomer menduga planet tersebut mungkin bukan Planet X yang telah diprediksi. Pengamatan-pengamatan selanjutnya membuktikan bahwa mereka benar. Pluto terlalu kecil untuk dapat merubah orbit-orbit planet Uranus dan Neptnusu; gabungan massa Pluto serta satelitnya yang baru ditemukan, Charon, hanya 1/5 massa bulannya Bumi.
Perhitungan-perhitungan terkini oleh Observatorium Angkatan Laut AS mngonfirmasi gangguan orbit pada planet Uranus dan planet Neptune, yang menurut Dr. Thomas C. Van Flandern, seorang astronomer di observatorium tersebut, dapat dijelaskan sebagai akibat dari “satu buah planet yang belum ditemukan.” Ia dan koleganya, Dr. Robert Harrington, menghitung bahwa planet ke-10 itu seharusnya dua hingga lima kali lebih besar dari pada bumi serta memiliki orbit yang sangat lonjong yang menempuh jarak sekitar 5 milyar mil di luar Pluto - hampir-hampir tak bertetanggan namun masih dalam pengaruh gravitasi matahari.
Beberapa astronomer bereaksi sangat berhati-hati terhadap prediksi-prediksi tentang planet ke-10 itu. Mereka ingat akan akan pencarian yang lama dan sia-sia terhadap planet Vulcan yang berada di dalam orbit planet Merkurius, yang ternyata tak ada. Mereka bertanya-tanya mengapa benda sebesar planet ke-10 dapat luput dari survey mendetil Tombaugh, yang merasa yakin bahwa planet itu tak berada dalam dua pertiganya langit yang ia teliti. Namun menurut to Dr. Ray T. Reynolds dari Ames Research Center di Mountain View, CA, para astronomer lainnya "merasa begitu yakin akan keberadaan planet ke-10 tersebut, sehingga tak ada lagi yang tersisa kecuali menamainya."
Dalam pertemuan ilmiah musim panas lalu, para partisan planet ke-10 datang meramaikan. Penjelasan-penjelasan alternatif tentang gangguan-gangguan pada orbit planet-planet di bagian luar tata surya ini pun ditawarkan. Sesuatu di luar sana, kata beberapa ilmuwan, bisa jadi sebuah lubang hitam yang tak terlihat atau bintang neutron yang lewat dekat matahari. Para pembela planet ke-10 membagi saran-saran itu. Bahan-bahan pembicaraanpun terfokus pada medan gravitasi sebuah lubang hitam, yang tetap saja merupakan sebuah bintang besar setelah kolaps gravitasinya komplit, seharunya memberi sinar-sinar x yang dapat dideteksi, yang mereka perhatikan; tapi tak terdeteksi adanya sinar-sinar X. Sebuah bintang neutron, bintang yang lebih kecil yang telah kolaps menjadi kondisi yang sangat padat, seharusnya mempengaruhi jalur-jalur komet, kata mereka, namun tak ada perubahan-perubahan semacam itu dalam pengamatan mereka.
Semakin besar keyakinan yang ditimpakan pada hipotesa bahwa sebuah bintang "brown dwarf" bertanggung jawab atas kekuatan misterius itu. Inilah nama tak resmi yang diberikan oleh para astronomer terhadap benda-benda angkasa yang tak cukup besar untuk dapat menyalakan pemanas-pemanas termonuklis planet mereka, mungkin seperti planet Jupiter raksasa, bintang yang tak memancarkan cahaya sendiri.
Kebanyakan bintang berpasangan, jadi tidaklah tidak masuk akal untuk menduga bahwa matahari memiliki rekanan yang redup. Terlebih lagi, sebuah brown dwarf dalam lingkungan ini mungkin tak memantulkan cukup cahaya untuk terlihat hingga di kejauhan, ujar Dr. John Anderson dari Jet Propulsion Laboratory diPasadena, CA. Namun gaya-gaya gravitasinya seharusnya menghasilkan energi yang dapat terdeteksi oleh Infrared Astronomical Satellite.
Apapun kekuatan misterius itu, apakah itu brown dwarf atau sebuah planet besar, Dr. Anderson mengatakan ia "cukup optimis" bahwa teleskop akan menemukannya dan bahwa pesawat ruang angkasa Pioneer dapat memberi tahu tentang estimasi massa benda ruang angkasa tersebut. Tentu saja, tak ada yang bisa pasti bahwa bahkan penemuan ini bisa menentukan perbatasan terluar dari tata surya ini.
Tak lama setelah kami memuat artikel ini, pastilah John DiNardo dalam semangat puncaknya, karena ia mengirimi saya kliping lainnya yang hebat. Oh yah baby, ini dia. Pembuka kedok!
#3 — IRAS, Planet X and the U.S. News and World Report
Sebuah premi inti dari buku terbaru, Planet X Forecast and 2012 Survival Guide adalah bahwa Planet X adalah sebuah brown dwarf. Penulis Dark Star, Andy Lloyd yang juga sering menjadi tamu di Cut to the Chase, juga bersikukuh bahwa rekanan matahari kita adalah sebuah brown dwarf.
Kekokohan situs Yowusa.com’s dalam masalah ini adalah berdasarkan cerita-cerita historis yang mendetil tentang masalah ini adalah berdasarkan cerita historis tentang lewatnya Planet X sebelum yang terdapat dalam Injil Kolbrin. Cerita-cerita nubuatan oleh para pengarangnya dari Mesir dan Celtic ini menggambarkan dengan jelas tentang sebuah brown dwarf. Dengan pemikiran tersebut, silahkan baca artikel berikut ini yang dicetak di U.S. News and World Report tahun 1984, yang menjelaskan secara detil tentang temuan awal satelit IRAS.
U.S. News and World Report, September 10, 1984
Planet X — Is It Really Out There?
JPEG Images courtesy of John DiNardo: Sidebar
(Terjemahan bebas) Terselubungi oleh sinar-sinar matahari, yang secara misterius menarik-nariki orbit planet Uranus dan Neptunus, adalah sebuah kekuatan tak terlihat yang dicurigai para astronomer sebagai Planet X - penghuni ke-10 di lingkungan tetangga ruang angkasa bumi .
Tahun lalu, satelit infrared astronomical satelit (IRAS), yang mengorbit di lingkar kutub, 560 mil tingginya dari bumi, mendeteksi panas dari sebuah benda ruang angkasa yang jauhnya sekitar 50 milyar mil yang sekarang tengah menjadi spekulasi panas.
“Yang bisa saya katakan adalah bahwa kami belum tahu apa itu," ujar Gerry Neugenbaur, direktur Palomar Observatory untuk California Instititute of Technology. Para ilmuwan sangat berharap bahwa perjalanan satu arah pesawat-pesawat ruang angkasa Pioneer 10 dan 11 akan dapat membantu menemukan lokasi benda ruang angkasa tak bernama itu.
Beberapa astronomer mengatakan bahwa benda yang memancarkan panas itu terlihat sebagai bintang kolaps yang tak terlihat atau mungkin sebuah "brown dwarf" - sebuah protostar yang tak pernah cukup panas untuk menjadi bintang. Namun, semakin banyak saja astronomer yang sangat yakin bahwa benda itu bukalah bintang, melainkan kumpulan massa bergas yang perlahan-lahan berkembang menjadi planet.
Selama berdekade-dekade, para astronomer telah memperhatikan bahwa orbit-orbit dari dua planet besar yang jauh — Neptune dan Uranus — agak menyimpang dari apa yang seharusnya menuruti hukum-hukum fisika. Tarikan gravitasi dari Planet X akan menjelaskan penyimpangan itu. Terlebih lagi, kata Neugebaur, "jika kami dapat menunjukkan bahwa tata surya kita sendiri masih menciptakan planet-planet, maka kami akan tahu bahwa hal itu sedang terjadi pada bintang-bintang lagi pula."
Lain kali para penolak Planet X menyemburkan kata-kata, "Hmh, kalau Planet X memang benar-benar ada, pemerintah kita pasti sudah memberi tahu kita tentangnya," Anda bisa menjambaknya.Sumber: lecanadian
Beritanya Dalam Bahasa Inggris
Berikut
berita-beritanya aslinya dalam bahasa Inggris, yang sudah sulit dicari
aslinya karena sudah tidak ada arsipnya, tapi bisa di Google di
situs-situs yang berusaha mengungkap tentang Planet X. [Berita-berita ini sudah ada di artikel, Planet X Terdeteksi Astronom Sejak 1940]
US NEWS WORLD REPORT, Sept 10, 1984, Planet X - Is It Really Out There?
Shrouded from the sun's light, mysteriously
tugging at the orbits of Uranus and Neptune, is an unseen force that
astronomers suspect may be Planet X - a 10th resident of the Earth's
celestial neighborhood. Last year, the infrared astronomical satellite
(IRAS), circling in a polar orbit 560 miles from the Earth, detected
heat from an object about 50 billion miles away that is now the subject
of intense speculation. "All I can say is that we don't know what it is
yet," says Gerry Neugesbeuer, director of the Palomar Observatory for
the California Institute of Technology. Scientists are hopeful that the
one-way journeys of the Pioneer 10 and 11 space probes may help to
locate the nameless body.
NEWSWEEK
June 28th, 1982
Does the Sun Have a Dark Companion?
When
scientists noticed that Uranus wasn't following its predicted orbit for
example, they didn't question their theories. Instead they blamed the
anomalies on an as yet unseen planet and, sure enough, Neptune was
discovered in 1846. Now astronomers are using the same strategy to
explain quirks in the orbits of Uranus and Neptune. According to John
Anderson of the Jet Propulsion Laboratory in Pasadena, Calif., this odd
behavior suggests that the sun has an unseen companion, a dark star
gravitationally bound to it but billions of miles away. ... Other
scientists suggest that the most likely cause of the orbital snags is a
tenth planet 4 to 7 billion miles beyond Neptune. A companion star would
tug the outer planets, not just Uranus and Neptune, says Thomas Van
Flandern of the U.S Naval Observatory. And where he admits a tenth
planet is possible, but argues that it would have to be so big - a least
the size of Uranus - that it should have been discovered by now. To
resolve the question, NASA is staying tuned to Pioneer 10 and 11, the
planetary probes that are flying through the dim reaches of the solar
system on opposite sides of the sun.
- See more at: http://www.educatinghumanity.com/2012/05/planet-x-niribu-old-articles-that-have.html#sthash.hpoZ54qV.dpufUS NEWS WORLD REPORT, Sept 10, 1984, Planet X - Is It Really Out There?
- See more at: http://www.educatinghumanity.com/2012/05/planet-x-niribu-old-articles-that-have.html#sthash.hpoZ54qV.dpufUS NEWS WORLD REPORT, Sept 10, 1984, Planet X - Is It Really Out There?
NEWSWEEK, June 28th, 1982, Does the Sun Have a Dark Companion?
When scientists noticed that Uranus wasn't following its predicted orbit for example, they didn't question their theories. Instead they blamed the anomalies on an as yet unseen planet and, sure enough, Neptune was discovered in 1846. Now astronomers are using the same strategy to explain quirks in the orbits of Uranus and Neptune. According to John Anderson of the Jet Propulsion Laboratory in Pasadena, Calif., this odd behavior suggests that the sun has an unseen companion, a dark star gravitationally bound to it but billions of miles away. ... Other scientists suggest that the most likely cause of the orbital snags is a tenth planet 4 to 7 billion miles beyond Neptune. A companion star would tug the outer planets, not just Uranus and Neptune, says Thomas Van Flandern of the U.S Naval Observatory. And where he admits a tenth planet is possible, but argues that it would have to be so big - a least the size of Uranus - that it should have been discovered by now. To resolve the question, NASA is staying tuned to Pioneer 10 and 11, the planetary probes that are flying through the dim reaches of the solar system on opposite sides of the sun.
When scientists noticed that Uranus wasn't following its predicted orbit for example, they didn't question their theories. Instead they blamed the anomalies on an as yet unseen planet and, sure enough, Neptune was discovered in 1846. Now astronomers are using the same strategy to explain quirks in the orbits of Uranus and Neptune. According to John Anderson of the Jet Propulsion Laboratory in Pasadena, Calif., this odd behavior suggests that the sun has an unseen companion, a dark star gravitationally bound to it but billions of miles away. ... Other scientists suggest that the most likely cause of the orbital snags is a tenth planet 4 to 7 billion miles beyond Neptune. A companion star would tug the outer planets, not just Uranus and Neptune, says Thomas Van Flandern of the U.S Naval Observatory. And where he admits a tenth planet is possible, but argues that it would have to be so big - a least the size of Uranus - that it should have been discovered by now. To resolve the question, NASA is staying tuned to Pioneer 10 and 11, the planetary probes that are flying through the dim reaches of the solar system on opposite sides of the sun.
ASTRONOMY MAGAZINE, December 1981, Search for the Tenth Planet
Astronomers are readying telescopes to probe the outer reaches of our solar system for an elusive planet much larger than Earth. Its existence would explain a 160-year-old mystery. ... The pull exerted by its gravity would account for a wobble in Uranus' orbit that was first detected in 1821 by a French astronomer, Alexis Bouvard. Beyond Pluto, in the cold, dark regions of space, may lie an undiscovered tenth planet two to five times the size of Earth. Astronomers at the U.S. Naval Observatory (USNO) are using a powerful computer to identify the best target zones, and a telescopic search will follow soon after. ... Van Flandern thinks the tenth planet may be between two and five Earth masses and lie 50 to 100 astronomical units (4.6 Billion-9.3 Billion Miles) -from the Sun. His team also presumes that, like Pluto's, the plane of the undiscovered body's orbit is tilted with respect to that of most other planets, and that its path around the Sun is highly elliptical.
Astronomers are readying telescopes to probe the outer reaches of our solar system for an elusive planet much larger than Earth. Its existence would explain a 160-year-old mystery. ... The pull exerted by its gravity would account for a wobble in Uranus' orbit that was first detected in 1821 by a French astronomer, Alexis Bouvard. Beyond Pluto, in the cold, dark regions of space, may lie an undiscovered tenth planet two to five times the size of Earth. Astronomers at the U.S. Naval Observatory (USNO) are using a powerful computer to identify the best target zones, and a telescopic search will follow soon after. ... Van Flandern thinks the tenth planet may be between two and five Earth masses and lie 50 to 100 astronomical units (4.6 Billion-9.3 Billion Miles) -from the Sun. His team also presumes that, like Pluto's, the plane of the undiscovered body's orbit is tilted with respect to that of most other planets, and that its path around the Sun is highly elliptical.
NEW YORK TIMES June 19th, 1982
A pair of American spacecraft may help scientists detect what could be a
10th planet or a giant object billions of miles away, the national
Aeronautics and Space Administration said Thursday. Scientists at the
space agency's Ames Research Center said the two spacecraft, Pioneer 10
and 11, which are already farther into space than any other man-made
object, might add to knowledge of a mysterious object believed to be
beyond the solar system's outermost known planets. The space agency said
that persistent irregularities in the orbits of Uranus and Neptune
"suggest some kind of mystery object is really there" with its distance
depending on what it is. If the mystery object is a new planet, it may
lie 5 billion miles beyond the outer orbital ringof known planets, the
space agency said. If it is a dark star type of object, it may be 50
billion miles beyond the known planets; if it is a black hole, 100
billion miles. A black hole is a hypothetical body in space, believed to
be a collapsed star so condensed that neither light nor matter can
escape from its gravitational field.
ASTRONOMY MAGAZINE, Oct 1982, Searching for a 10th Planet
The hunt for new worlds hasn't ended. Both Uranus and Neptune follow irregular paths that observers can explain only by assuming the presence of an unknown body whose gravity tugs at the two planets. Astronomers originally though Pluto might be the body perturbing its neighbors, but the combined mass of Pluto and its moon, Charon, is too small for such a role. ... While astronomers believe that something is out there, they aren't sure what it is. Three possibilities stand out: First, the object could be a planet - but any world large and close enough to affect the orbits of Uranus and Neptune should already have been spotted. Searchers might have missed the planet, though, if it's unusually dark or has an odd orbit.
The hunt for new worlds hasn't ended. Both Uranus and Neptune follow irregular paths that observers can explain only by assuming the presence of an unknown body whose gravity tugs at the two planets. Astronomers originally though Pluto might be the body perturbing its neighbors, but the combined mass of Pluto and its moon, Charon, is too small for such a role. ... While astronomers believe that something is out there, they aren't sure what it is. Three possibilities stand out: First, the object could be a planet - but any world large and close enough to affect the orbits of Uranus and Neptune should already have been spotted. Searchers might have missed the planet, though, if it's unusually dark or has an odd orbit.
NASA has been recording velocities for a year now and will continue for as long as necessary. This past spring, it appeared that budget cuts might force the end of the Pioneer project. The space agency now believes that it will have the money to continue mission operations. Next year, the JPL group will begin analyzing the data. By the time the Pioneer experiment shows results, an Earth-orbiting infrared telescope may have discovered the body. ... Together, IRAS and the Pioneers will allow astronomers to mount a comprehensive search for new solar system members. The two deep space probes should detect bodies near enough to disturb their trajectories and the orbits or Uranus and Neptune. IRAS should detect any large body in or near the solar system. Within the next year or two, astronomers may discover not one new world, but several.
THE WASHINGTON POST, December 30th, 1983, By Thomas O'Toole, Washington Post Staff Writer
A heavenly body possibly as large as the giant planet Jupiter and possibly so close to Earth that it would be part of this solar system has been found in the direction of the constellation Orion by an orbiting telescope aboard the U.S. infrared astronomical satellite.
So mysterious is the object that astronomers do not know if it is a planet, a giant comet, a nearby "protostar" that never got hot enough to become a star, a distant galaxy so young that it is still in the process of forming its first stars or a galaxy so shrouded in dust that none of the light cast by its stars ever gets through.
"All I can tell you is that we don't know what it is," Dr. Gerry Neugebauer, IRAS chief scientist for California's Jet Propulsion Laboratory and director of the Palomar Observatory for the California Institute of Technology, said in an interview.
The most fascinating explanation of this mystery body, which is so cold it casts no light and has never been seen by optical telescopes on Earth or in space, is that it is a giant gaseous planet as large as Jupiter and as close to Earth as 50 billion miles. While that may seem like a great distance in earthbound terms, it is a stone's throw in cosmological terms, so close in fact that it would be the nearest heavenly body to Earth beyond the outermost planet Pluto.
"If it is really that close, it would be a part of our solar system," said Dr. James Houck of Cornell University's Center for Radio Physics and Space Research and a member of the IRAS science team. "If it is that close, I don't know how the world's planetary scientists would even begin to classify it."
The mystery body was seen twice by the infrared satellite as it scanned the northern sky from last January to November, when the satellite ran out of the supercold helium that allowed its telescope to see the coldest bodies in the heavens. The second observation took place six months after the first and suggested the mystery body had not moved from its spot in the sky near the western edge of the constellation Orion in that time.
"This suggests it's not a comet because a comet would not be as large as the one we've observed and a comet would probably have moved," Houck said. "A planet may have moved if it were as close as 50 billion miles but it could still be a more distant planet and not have moved in six months time."
Whatever it is, Houck said, the mystery body is so cold its temperature is no more than 40 degrees above "absolute" zero, which is 456 degrees Fahrenheit below zero. The telescope aboard IRAS is cooled so low and is so sensitive it can "see" objects in the heavens that are only 20 degrees above absolute zero.
When IRAS scientists first saw the mystery body and calculated that it could be as close as 50 billion miles, there was some speculation that it might be moving toward Earth.
"It's not incoming mail," Cal Tech's Neugebauer said. "I want to douse that idea with as much cold water as I can."
Then, what is it? What if it is as large as Jupiter and so close to the sun it would be part of the solar system? Conceivably, it could be the 10th planet astronomers have searched for in vain. It also might be a Jupiter-like star that started out to become a star eons ago but never got hot enough like the sun to become a star.
While they cannot disprove that notion, Neugebauer and Houck are so bedeviled by it that they do not want to accept it. Neugebauer and Houck "hope" the mystery body is a distant galaxy either so young that its stars have not begun to shine or so surrounded by dust that its starlight cannot penetrate the shroud.
"I believe it's one of these dark, young galaxies that we have never been able to observe before," Neugebauer said.
"If it is, then it is a major step forward in our understanding of the size of the universe, how the universe formed and how it continues to form as time goes on."
The next step in pinpointing what the mystery body is, Neuegebauer said, is to search for it with the world's largest optical telescopes. Already, the 100-inch diameter telescope at Cerro del Tololo in Chile has begun its search and the 200-inch telescope at Palomar Mountain in California has earmarked several nights next year to look for it. If the body is close enough and emits even a hint of light, the Palomar telescope should find it since the infrared satellite has pinpointed its position.