Bintang Pari tak lain adalah Nibiru, aka Planet X, atau Matahari Kedua. Brown Dwarf ini akan lewat di jarak terdekat dengan Bumi (Passage) dan menyebabkan Pergeseran Kutub (Pole Shift), tapi TIDAK AKAN MENABRAK BUMI, karena Sifat Orbitnya dan ada Gaya Tolak gravitasi. [click Planet X 2003 Photos below to see more]
Nibiru
Videos: Nibiru's Path (Animation) by Kojima Poleshift.ning.com
The Zeta Report - POLE SHIFT ANIMATION
The Zeta Report - FUTURE MAPS

CHECK IF YOUR LOCATION (world) IS SAFE

Debu Ruang Angkasa Itu Hidup Atau Mati?

 on Senin, 16 Februari 2015  

Sebelumnya telah dijelaskan oleh para Zeta dalam Asal-Usul Makhluk Hidup: Evolusi Sel  mengenai bukti nyata dalam sebongkah meteor yang diturunkan ke hadapan manusia bahwa makhluk hidup (termasuk manusia) di Bumi, pada khususnya, mengalami evolusi sel. Penjelasan yang sekarang ini adalah mengenai apakah debu antariksa (ruang angkasa) itu, selain ada yang hidup, ada juga tidak hidup (benda mati)? Berikut penjelasan dan wawasan para alien Zeta.

Terjemahan bebas ZetaTalk: Space Dust, Alive? , written Jan 6, 2006

Kehidupan, tentu saja, ada dimana-mana, seperti yang pernah kami jelaskan, yang muncul di dunia-dunia yang berbeda, dunia-dunia berbasis karbon atau silikon atau yang baru muncul yang dianggap manusia terlalu beracun bagi kehidupan. [Baca: Komponen-Komponen Pembangun DNA]
Planet-planet yang mengandung gas sesekali mendukung kehidupan; DNA, di dalam dan dari itu sendiri, juga tidak diperlukan. Kristal-kristal berkembang, memulai dan tumbuh, tapi tidak dianggap kehidupan. Mengapa? Karena mobilitasnya benar-benar kurang, dan, dengan demikian, kemampuan apapun untuk memiliki pikiran sadar sebagai hal yang independen dari lingkungannya tidaklah mungkin.
Pohon kekurangan mobilitas tapi hidup, karena ia bereaksi untuk menyerang dirinya sendiri dengan menyembuhkan luka-lukanya serta berupaya mengekalkan dirinya dengan condong ke sinar matahari.
Kehidupan mempertahankan dirinya, mengabadikan dirinya, dan berupaya tumbuh melalui akumulasi. 
Bersama mobilitas datanglah kecerdasan, yang jarang dibutuhkan kalau tidak demikian. [Baca juga: Tapestry Ruh]
Bersama kecerdasan datanglah kesadaran, keawasan/kemelekan terhadap diri sebagai hal yang berbeda dari kehidupan lain. 
Telah kami nyatakan bahwa kehidupan tumbuh secara alami di banyak planet--yaitu yang dapat mempertahankan kehidupan--dan jumlahnya jauh di luar apa yang dapat manusia bayangkan sebagai kemungkinan. [Baca juga: Keragaman Bentuk-Bentuk Kehidupan Sadar, Cerdas, dan Berspiritual di Alam Semesta Ini]
Suatu jenis likuiditas, tanpa kecuali, adalah kebutuhan bagi awal kehidupan, jadi zat-zat kimia yang dibutuhkan dapat saling bertemu. Ini dapat berupa sebuah kondisi likuid [cair] atau yang mengandung gas. 
Dengan semua itu, mengapa debu dari sebuah meteor tampak merupakan suatu bentuk kehidupan yang, apapun masalahnya, berupa sel hidup?     
Kebanyakan meteor yang bersliweran di Bumi berasal dari tata surya ini, tak peduli apapun yang dinyatakan para astronom manusia. 
Seperti yang pernah kami nyatakan, komet-komet---dirty snowballs yang mengeluarkan gas dengan cemerlangnya saat mengelilingi Matahari---adalah sisa-sisa beberapa lusin planet yang dahulunya berada di Sabuk Asteroid---planet-planet air yang hampir kelas satu (superior)--dan pembawa kehidupan.
Sabuk Asteroid membawa mayoritas magma dari planet-planet itu, yang tersembur ke ruang angkasa dan mengeras menjadi bentuk-bentuk ganjil. [Baca juga: Penciptaan Alam Semesta: Big Bang, Black Hole dan Dark Matter]
Jika kehidupan telah dimulai, di seluruh planet itu, maka pada tahap apa perkembangannya?
Kehidupan, baik yang tumbuh secara alami maupun menyemai untuk mempercepat prosesnya, tidak berkembang dalam satu hari. Ia berkembang dalam langkah-langkah dan tahapan-tahapan. Satu tahap terjadi sebelum tahap selanjutnya dapat dilakukan. 
DNA mendukung kemampuan kehidupan untuk membuat replika dirinya dan meneruskan dikte-dikte fungsi biologisnya.
Oleh karena manusia datang terlambat untuk menelaah asal-muasalnya sendiri, ia tidak dapat menentukan apakah DNA tiba sebelum selnya, ataukah selnya sudah ada sebelum DNAnya. 
Asumsi [manusia] adalah bahwa DNA datang terlebih dulu, membentuk kaitan-kaitan dalam suatu jenis sup primordial, dan selnya berkembang kemudian sebagai sebuah perangkat pelindung. Kini mereka tahu yang sebaliknya.
DNA dalam sebuah sup akan rentan mendapat serangan, terus-menerus, dan, dengan demikian, tidak dapat mengekalkan dirinya dengan kepastian. Kehidupan tidak berkembang dalam kekacauan, melainkan dimana terdapat sebuah sup dengan bahan-bahan yang kaya. 
Molekul-molekul kompleks terbentuk di alam, dengan sebuah contohnya, petrokimia, yang terbentuk di atas panas gunung-gunung berapi, atau selama badai-badai petir. 
Tubuh sel tidak meluruh tanpa DNA, sebagaimana diketahui manusia. Ia memberi makan, dan berlanjut. Ia melakukannya tanpa asistansi, selama sup itu mendapati dirinya berada dalam pertumbuhan yang diperkenankan. 
Kematian sebuah sel terjadi hanya ketika ia diserang, terpapar pada serangan, sehingga fungsi-fungsi molekulnya yang memungkinkannya terbentuk dan mempertahankan bentuk menjadi terganggu. 
Bukti yang dijatuhkan ke Bumi terbungkus oleh sebuah bongkahan asteroid yang melindungi komposisi molekul dari sel-sel ini dari planet-planet yang tadinya membawa kehidupan di Sabuk Asteroid. Dengan demikian mereka tidak ada alasan untuk mati.
Namun sebagaimana jelas-jelas ditunjukkan oleh bentuknya, ini adalah sebuah tahap kehidupan sebelum penyisipan DNA---tahap selanjutnya. DNA yang terbentuk secara alami dalam kolam-kolam primordial memerlukan sebuah sarang, sebuah tempat berlindung. 
Dengan sel-sel di sekelilingnya, ia dapat pindah melewati kulit sebuah sel menuju bagian dalam ruangan-ruangannya, yang mana ia lakukan sekarang ini. 
Bukankah ini yang dilakukan oleh virus, ketika ia menginfeksi sebuah sel? Bukankah ini yang dilakukan oleh RNA (ribonucleic acid/asam ribonukleat) ketika ia melakukan perjalanan melewati sel-sel, berkomunikasi?
Signs of the Times #1529: Skepticism greets claim of possible alien microbes [Jan 5] http://www.world-science.net/ 'A paper to appear in a scientific journal claims a strange red rain might have dumped microbes from space onto Earth four years ago. At least 50,000 kg (55 tons) of the particles have fallen in all. People on the streets found their cloths stained by red raindrops. In a few places the concentration of particles were so great that the rainwater appeared almost like blood. The particles look like one-celled organisms and are about 4 to 10 thousandths of a millimeter wide, somewhat larger than typical bacteria. The particles seem to lack a nucleus, the core DNA-containing compartment that animal and plant cells have, the researchers wrote. Chemical tests indicated they also lacked DNA, the gene-carrying molecule that most types of cells contain. The outer envelope seems to contain an inner capsule, which in some places appears to be detached from the outer wall to form an empty region inside the cell. Further, there appears to be a faintly visible mucus layer present on the outer side of the cell. The major constituents of the red particles are carbon and oxygen. Carbon is the key component of life on Earth. Silicon is most prominent among the minor constituents of the particles; other elements found were iron, sodium, aluminum and chlorine. The red rain phenomenon first started in Kerala after a meteor airburst event, which occurred on 25th July 2001. Alive or dead, the particles have some staying power, if the paper is correct. Even after storage in the original rainwater at room temperature without any preservative for about four years, no decay or discolouration of the particles could be found.'
Baca juga:
Index Rekayasa Genetika
Debu Ruang Angkasa Itu Hidup Atau Mati? 4.5 5 Nirata Senin, 16 Februari 2015 Sebelumnya telah dijelaskan oleh para Zeta dalam Asal-Usul Makhluk Hidup: Evolusi Sel   mengenai bukti nyata dalam sebongkah meteor yang dit...